Sucor AM News Update 08/03/22

Dow Jones 32,817.38 (-2.37%)

S&P500 4,201.09 (-2.95%)

NASDAQ 12,830.96 (-3.62%)

Nikkei 25,221.41 (-2.94%)

HangSeng 21,057.63 (-3.87%)

JCI 6,869.07 (-0.86%) 

Gold 2,003.2/ounce (+0.53%)

WTI US$ 120.94/barel (-4.79%)

USD/IDR 14.408

US Market

Perdagangan di Bursa AS kemarin (07/03) ditutup terkoreksi setelah semakin banyak perusahaan yang melakukan cut-off hubungan dengan Rusia. Dow Jones -2.37%, S&P500 -2.95%, Nasdaq -3.62%. Indeks dollar AS naik di level 99.24, dan harga emas juga turut naik hingga menyentuh US$2,000/ounce sebagai bentuk pasar yang cenderung cash-out dari bursa global dan mencari aset safe-haven ditengah ketidakpastian yang ada.

Sementara, imbal hasil obligasi (UST) 10 tahun AS naik di level 1.77% atas kekhawatiran inflasi yang didorong oleh disrupsi pasokan minyak dan gas akibat perang Rusia-Ukraina. Terlebih, Rusia yang memiliki porsi 7% dalam produksi nikel global telah membawa harga nikel melambung tinggi hingga melebihi level US$50.000/ton, naik lebih dari 65% dalam sehari. 

Asia Market

Mayoritas bursa regional Asia ditutup terkoreksi pada perdagangan kemarin akibat dari cut-off yang dilakukan oleh banyak perusahaan global yang berhubungan dengan Rusia. Hal ini akan sangat merugikan kegiatan operasional bisnis terutama dengan adanya pemberhentian penjualan produk di Rusia. Indeks Hang Seng ditutup -3.87%, Shanghai Composite -2.17%, bursa Nikkei -2.94%, sedangkan KOSPI -2.29%.

Perlambatan ekspor China dicatat sebesar 16.3% pada Januari kemarin, dan diprediksi akan berlanjut karena turunnya permintaan dan juga tingginya biaya untuk eksportir. Terlebih, ekspor China ke Rusia yang cukup tinggi (41.5% di Jan-Feb) akan mulai berkurang mengingat kondisi perang sedang terjadi memicu aksi suspensi perdagangan yang mampu memperlambat aktivitas ekspor-impor. 

Indonesia Market

Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup terkoreksi di level 6,869.07 (-0.86%), LQ45 -0.52%, JII +0.23%. Mayoritas indeks sektoral terkoreksi, namun masih ditopang oleh sektor bahan baku (+2.04%) dan energi (+1.68%) – dimana sentimen berasal dari laporan keuangan yang mulai terbit seperti PTBA, ITMG, ADRO yang menunjukkan hasil pertumbuhan yang sangat baik. Nilai transaksi harian dicatat sebesar Rp 20.41 T, dimana investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 81.22 milliar. Sementara imbal hasil (yield) 10 tahun naik di level 6.71%.

Seiring berkurangnya kasus harian covid-19 dan fatalitas omicron yang rendah, pemerintah kini akan mulai melonggarkan kembali peraturan dalam mobilitas domestik dengan tidak mewajibkan tes swab antigen dalam penerbangan, maupun perjalanan dengan kapal atau kereta api. Hal ini ditujukan untuk individu yang sudah menerima vaksinasi lengkap dalam rangka menormalisasikan covid-19 dan menuju endemi seperti negara Eropa hingga Arab Saudi yang sudah terlebih dahulu menerapkan aturan bebas masker dalam menghadapi covid-19. 

Our Product Focus

Kami memiliki pandangan optimis bahwa IHSG dapat berpotensi melanjutkan rally pada awal 2022 ditopang oleh perbaikan kinerja emiten seiring dengan pulihnya aktivitas ekonomi terutama pada regional Asia seiring dengan pelonggaran aktivitas sosial akibat penurunan kasus Covid yang mendorong pulihnya permintaan terhadap berbagai komoditas yang tentunya akan menopang profitabilitas sektor terkait komoditas dan berkontribusi pada pertumbuhan kinerja ekspor Indonesia.

Alokasi saham pada reksa dana saham dan campuran kami memiliki strategi overweight terhadap sektor terkait komoditas seiring dengan pemulihan ekonomi yang akan berlangsung sepanjang tahun ini dan kedepannya. Harga komoditas energi dan CPO kembali menguat dan kami melihat dapat mampu bertahan pada level yang tinggi untuk sepanjang tahun ini ditopang oleh permintaan yang tinggi. Selain itu kami juga menyukai sektor perbankan dimana pertumbuhan kredit akan terdorong oleh dengan meningkatnya belanja masyarakat ditengah suku bunga rendah.

Dari sisi pasar obligasi, nampaknya tahun ini akan cenderung flat seiring tekanan kenaikan suku bunga serta inflasi yang tinggi, baik dari dalam maupun luar negeri. Namun di sisi lain, pasar obligasi Indonesia dinilai lebih resilient dibandingkan periode-periode high inflation sebelumnya, terlihat dari positifnya pergerakan pasar selama tahun 2021. Obligasi korporasi yang berkualitas nampaknya akan kembali outperform SBN di 2022 dengan asumsi pergerakan harga korporasi masih cenderung stabil ditambah dengan tingkat kupon yang lebih tinggi.

Disclaimer On

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on email
Share on whatsapp

Leave a Reply

Your email address will not be published.